SUKABUMITREN.COM - Bulan Oktober 2024 yang baru sehari berlalu, ditutup dengan penuh kesan dan kenangan indah oleh para pegiat teater yang tergabung dalam Studiklub Teater Bandung (STB). Selama dua hari di pengujung bulan itu, yakni Rabu dan Kamis, 30 dan 31 Oktober 2024, STB menghelat pementasan sebuah lakon bertajuk “Wingit” di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Bandung.
Pementasan ini sekaligus menandai “milangkala” atau ulang tahun STB ke-66, yang sejatinya jatuh pada 13 Oktober 2024. Melalui pementasan ini, para pecinta teater tidak hanya berkesempatan untuk menyaksikan salah satu karya terbaik STB, namun juga merayakan perjalanan panjang STB di dunia teater Tanah Air.
Pementasan menandai usia STB ke-66
Selama dua hari itu, Gedung Kesenian Rumentang Siang yang didirikan pada 1935 pun selalu penuh terisi oleh para penggemar dan penonton teater. Mereka datang dari berbagai kalangan: tokoh, akademisi, seniman, dan pegiat teater.
Hadir pula para mahasiswa dan mahasiswi dari berbagai kampus di Bandung, semisal Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan Universitas Padjadjaran (UNPAD), serta dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Gedung Kesenian Rumentang Siang (atas), serta Penulis (paling kiri) bersama para seniman
Baca juga: Kesempatan bagi Mahasiswa-Mahasiswi Sukabumi: Lowongan Magang Kerja di PT Freeport
Lakon berjudul “Wingit” itu disutradarai IGN Arya Sanjaya, serta diperankan dua aktor kawakan, yakni Sugiyati Suyatna Anirun dan Gatot W. Dwiyono. Lakon ini diadaptasi dari konsep “haiku”, sebuah bentuk puisi Jepang yang identik dengan kesederhanaan dan sarat makna. Naskah yang ditulis pun mengajak penonton untuk merenungi kehidupan, melalui simbolisme dan keindahan bahasa.
“Wingit” mengisahkan dialog antara seorang penyair dan seorang perempuan misterius di sebuah taman. Percakapan kedua tokoh ini menyelami tema kehidupan, yang diadopsi dari perbincangan dalam kitab “Ganecha Tattwa”.
Dengan latar belakang alam semesta yang penuh rahasia, “Wingit” menggambarkan perjalanan manusia sedari lahir hingga mati. Hidup seolah-olah adalah sebuah pertanyaan, dan tindakan manusia adalah jawabannya.
"Wingit" diperankan dua aktor kawakan, Sugiyati Suyatna Anirun dan Gatot W. Dwiyono
Salah seorang pemeran utama “Wingit”, yakni Sugiyati Suyatna Anirun, pun berkesempatan berbagi pandangan dengan Penulis mengenai pengalamannya tampil dalam lakon itu.
Baca juga: Lowongan Kerja bagi Warga Sukabumi Update ke 12
“Kalau tahun lalu saya hanya bermain-main di pentas ‘Pagi Bening’, kali ini ‘Wingit’ menuntut keseriusan total. Ini seperti pendadaran tentang hakekat perjalanan hidup manusia,” tutur Yati, demikian panggilan akrab Sugiyati, yang kini telah genap berusia 80 tahun.
Yati menilai, eksistensi STB yang telah bertahan hidup selama 66 tahun adalah anugerah yang luar biasa. Ketika komunitas teater lain mengalami jatuh-bangun, datang sebentar dan pergi selamanya, STB justru terus mampu berkarya dan mempertahankan kehadirannya di dunia seni teater Indonesia.
Baca juga: Diduga Gangguan Jiwa, Pemanjat Pohon Kelapa asal Sumbar Dirawat di Panti Rehabilitasi Sukabumi
“Agak miris melihat teman-teman seniman lain yang gugur satu per satu. Ini hukum alam yang tak bisa ditolak,” ungkap Yati, yang adalah juga istri dari salah seorang pendiri STB, yakni Suyatna Anirun.
Sugiyati Suyatna Anirun saat berperan dalam "Wingit" (kimono merah), dan bersama Penulis
Bersama enam tokoh teater berpengaruh lainnya, yaitu Jim Lim, Sutardjo A. Wiramihardja, Adrian Kahar, Tin Srikartini, Thio Tjong Gie (Gigo Budi Satiaraksa), dan Soeharmono Tjitrosuwarno, Suyatna Anirun mendirikan STB pada 13 Oktober 1958.
Baca juga: Lowongan Kerja bagi Warga Sukabumi Update ke 11
Sejak awal berdiri, STB dikenal fokus pada aspek artistik, dan juga memberikan ruang bagi para seniman muda untuk belajar dan berkembang bersama. Berkat STB, lahirlah kemudian sejumlah seniman seperti Rahman Sabur, Sis Triadji, Yoyo C. Durachman, Iman Soleh, dan masih banyak lagi seniman lainnya.
Arsip kenangan masa lalu STB yang disimpan Penulis
Dalam hal karya, sebagai kelompok studi teater modern, STB dikenal dengan karya-karyanya yang tidak selalu berfokus pada isu sosial-politik. STB juga kerap mengeksplorasi nilai-nilai yang mendalam dan sarat makna kehidupan, melalui berbagai naskah lokal maupun internasional.
Baca juga: Promosikan Situs Judi Online, 2 Selebgram Perempuan Berusia 18 Tahun Ditangkap Polres Sukabumi
Ciri khas STB pun senantiasa terlihat dalam setiap pentas realisme yang mereka gelar. Pentas-pentas itu selalu penuh dengan kepekaan dan keindahan visual, terutama kala dipimpin oleh sutradara utama STB, Suyatna Anirun.
Tulisan kenangan di media cetak mengenai STB, koleksi Penulis
Alhasil, usia 66 tahun yang kini genap diraih STB pun layak disebut sebagai pencapaian luar biasa bagi sebuah komunitas seni. STB yang lahir dari semangat kreativitas para pendirinya pada 66 tahun silam, terbukti telah menjadi ikon dalam geliat kehidupan teater di Bandung, sekaligus memberikan kontribusi besar bagi perkembangan teater modern Indonesia.
Baca juga: Bermula dari “O Dat Ding”, Jadilah Odading Tenar Hingga Era “Kaum Mendang-mending”
Dan “Wingit”, adalah bukti lain dari kekuatan eksistensi STB di bawah kolong langit, dalam usia ke-66 tahunnya itu. (*)