SUKABUMITREN.COM - Generasi kelahiran sebelum tahun ‘80-’90-an dijamin punya banyak kenangan manis kepada kotak warna orange ini, yang kala itu tertebar berdiri di banyak sudut kota besar Tanah Air, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, dan kota-kota lainnya.
Nama kotak ini tenar betul saat itu, yakni Bis Surat. Disebut begitu sebagai hasil terjemahan dari Bahasa Belanda, yaitu Brievenbus, fungsi kotak ini adalah sebagai tempat untuk mengirimkan surat, yang sudah diberi alamat tujuan jelas, plus prangko yang cukup.
Surat-surat yang terkumpul dalam kotak ini, kemudian dikumpulkan secara reguler oleh petugas kantor pos, guna selanjutnya diberi stempel di atas prangko yang tertempel di bagian atas surat yang hendak dikirimkan.
Bis Surat, yang pernah tenar di masanya
Walau proses kerja Bis Surat ini terkesan sangat lelet atau lambat bagi kaum milenial kekinian, namun kala itu jangan pernah ragukan manfaat penting Bis Surat. Berkat Bis Surat, orang tak perlu lagi datang ke kantor pos untuk mengirimkan suratnya. Tidak perlu pula mengantri lama-lama di kantor pos.
Baca juga: Serang 3 Polisi yang Hendak Cegah Aksi Tawuran, 11 Remaja Ditangkap Polres Sukabumi Kota
Cukup tempelkan prangko di amplop surat yang hendak dikirimkan, dan kemudian memasukkannya ke dalam Bis Surat, maka urusan surat-menyurat langsung beres saat itu juga. Selanjutnya, tinggal duduk manis di rumah atau kantor, menanti kabar diterimanya surat itu.
Pengalaman Agus Wahyudi, kawan dekat Penulis, yang juga mantan karyawan PT Pos Indonesia, petugas kantor pos rutin mengambil surat-surat di Bis Surat sebanyak 2-3 kali dalam sehari, dan kemudian mengurusnya hingga surat sampai ke tangan penerima.
Penulis (kiri) bersama rekan, Eko Endri Wiyono
Baca juga: Diduga Lecehkan Cucu Tiri Setiap Hari, Lelaki 56 Tahun Diamankan Unit PPA Polres Sukabumi Kota
Mulanya, tampilan Bis Surat tidaklah berwarna orange, melainkan abu-abu kehitaman. Seluruh bahannya terbuat dari besi, dengan tulisan Brievenbus pada salah satu sisinya. Warna ini identik dengan Bis Surat peninggalan zaman kolonial Belanda.
Sedangkan Bis Surat berwarna orange, yang akhirnya amat-sangat ternama itu, dibuat pada masa setelahnya. Warna khas milik instansi PT Pos Indonesia ini, mengingatkan pada “rumah burung”, yang disangga tiang besi di keempat sudutnya.
Bis Surat dengan warna khas PT Pos Indonesia
Baca juga: Tol Bocimi Kembali Dibuka, Kapolres Sukabumi Traktir Jajan Warga
“Rumah Burung” ini pula yang pada hampir setiap pekan di era tahun ‘80-’90-an, senantiasa disambangi Penulis, untuk memasukkan surat-surat yang hendak Penulis kirimkan. Saat itu, Penulis masih duduk di bangku SMP dan SMA.
Mayoritas surat yang ketika itu Penulis kirimkan beralamat tujuan ke kedutaan besar dan kantor perwakilan negara sahabat di Jakarta. Isi surat adalah permintaan dikirimi buku atau bahan bacaan tentang profil negara-negara itu.
Baca juga: Ditunda Sejak Selasa Pagi, Tol Bocimi Akhirnya Resmi Dibuka Kembali Pukul 17:55 WIB
Tak hanya surat, penulis juga rajin mengirimkan kartu pos ke beberapa radio kesayangan, yang berfungsi sebagai kartu atensi pilihan pendengar.
Penulis di depan Bis Surat
Sesekali, penulis juga memanfaatkan Bis Surat sebagai sarana untuk mengirimkan jawaban Teka-Teki Silang (TTS) dan kuis berhadiah, yang terdapat di surat kabar dan majalah. Juga berkirim amplop undian sayembara berhadiah dari produk kopi, mie instan, atau batu baterai.
Baca juga: Jelang Pembukaan Kembali Tol Bocimi, Sat Lantas Polres Sukabumi Siagakan Personil di Titik Strategis
Lewat Bis Surat pula, Penulis kala itu rutin mengirimkan kartu ucapan Selamat Hari Raya. Pada saat-saat seperti itu, Penulis mendengar, kantor pos dan semua petugas pengantar surat harus bekerja keras, agar kartu ucapan bisa sampai ke alamat tujuan, sebelum Hari Raya tiba.
Bis Surat di Kantor Pos
Pendek kata, walau peran dan eksistensinya kini telah redup, jangan pernah lupakan jasa Bis Surat. Jangan pernah lupakan pula peranan kantor pos dan para petugasnya, yang kini seolah “tenggelam” oleh moncernya beragam perusahaan jasa pengiriman swasta.
Baca juga: Batal Dibuka Selasa Pagi, Tol Bocimi Dipastikan Sudah Siap Dilintasi Lagi
Betapa pun, Bis Surat telah berjasa selama puluhan tahun bagi rakyat Indonesia. Berkat Bis Surat, warga bisa dengan mudah berkomunikasi dan menjalin silaturahmi kepada orangtua, keluarga, saudara, sahabat, dan juga kekasih di kota lain, di luar pulau, atau bahkan di seberang lautan mancanegara.
Zaman-lah, beserta kemajuan teknologinya, yang membuat Bis Surat harus berhenti. Kata warga Sunda mah, “waktosna seep”, yang artinya: “waktunya (Bis Surat) telah habis”. (*)