“Naha Kedah Stones”?

Jumat, 6 Sep 2024 15:56
    Bagikan  
“Naha Kedah Stones”?
IG @irfanpopish

Pengunjung melihat koleksi pameran di Taiwan

SUKABUMITREN.COM - Sebuah pemeran bertajuk “Rocking Indonesia, The Cultural Legacy of The Rolling Stones in Bandung” dihelat pada 30 Agustus-28 Oktober 2024 di TheCube Project Space, Taipei. Bertindak sebagai kurator dalam pameran ini, adalah “anak” Cimahi bernama Muhammad Irfan, yang kini tengah bermukim di Hsinchu, guna keperluan studi di National Yang Ming Chiao Tung University, Taiwan.

Seiring dengan publikasi atas pelaksanaan pameran itu, bisa jadi kini banyak warga Bandung bertanya, “Naha kedah” atau kenapa harus (The Rolling) Stones? Irfan, selaku kurator yang tamatkan kuliah dan pernah kerja sebagai jurnalis di Bandung, punya jawaban detail.

undefinedMuhammad Irfan, kurator pameran

Baca juga: Akhir Pekan di Taiwan: Nonton Pameran Rocking Indonesia, The Cultural Legacy 0f The Rolling Stones in Bandung

Dikutip dari satu perbincangan dengan Penulis, Irfan mengungkapkan, bahwa pada titik tertentu, musik tidak hanya hadir dengan aliran melodinya, namun juga dengan gambaran visual dan imajinasi, yang terjalin dengan karakter, persona, dan bersumber dari masyarakat.

“Musik bertransformasi menjadi lebih dari sekadar hiburan santai, namun dianggap mewakili dan menjadi bagian dari penonton atau pendengarnya,” kata Irfan.

Baca juga: Tunaikan Ibadah Jumat di Lokasi Indah, Unik, dan Ikonik: Masjid Sri Soewarto Cicurug Sukabumi

Konsep “Rocking Indonesia”, menurut Irfan, muncul melalui deskripsi ini, dengan menjadikan Bandung sebagai titik fokusnya, serta The Rolling Stones sebagai subyeknya. Bahwa Bandung akhirnya dipilih, menurut Irfan, karena dirinya yakin: identitas sebuah kota akan sangat mempengaruhi kehidupan sosial komunitasnya, yang selanjutnya berdampak pada respons artistik para penciptanya, dalam hal ini musik.

“Lahir sebagai kota kosmopolitan, Bandung, dengan segala keunikannya, menjadi ajang pertarungan ide dari ribuan halaman yang dibaca, ribuan nada yang diputar, ribuan durasi film yang ditonton, dan lapisan 'isme' dari berbagai penjuru dunia, yang dikaji. diperdebatkan, atau hanya dirasakan di permukaan, sehingga mempengaruhi kehidupan sehari-hari kota ini,” tutur Irfan.

undefinedundefinedBeragam produk media dan budaya terkait The Rolling Stones

Baca juga: Wafat Dalam Usia 65 Tahun, Jenazah Ekonom Senior Faisal Basri Dimakamkan Kamis Siang ini

Bila kemudian keunikan itu dipertemukan dalam konteks musik, yakni The Rolling Stones, maka Irfan melihat, bahwa di Bandung, The Rolling Stones telah menjadi lebih dari sekadar band asal Inggris yang beranggotakan Mick Jagger, Keith Richards, Charlie Watts, Ronnie Wood, dan (jika cukup eksentrik pasti tidak akan melupakan Brian Jones).

Band ini telah menjadi bahasa gaul, simbol “kekerenan baru” selama beberapa dekade, menggeneralisasi musik rock Barat, sekaligus menjadi bagian dari rock lokal.  The Rolling Stones juga telah diartikan sebagai “tangguh”, “tak terkendali”, dan “berbahaya”, yang tidak hanya diterapkan pada musik, tetapi juga pada sepakbola, kekerasan jalanan, kerentanan lingkungan, dan bahkan makanan.

Baca juga: Setelah Terputus dan Viral, Jembatan Penghubung 2 Kecamatan di Sukabumi Selesai Diperbaiki Relawan dan Donatur

Menurut Irfan, tidak perlu hafal ratusan katalog The Rolling Stones untuk melampirkan kata “Jagger” atau logo ikonik bibir dan lidahnya, karena sosoknya telah menjadi budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat.

Nama “Jagger” pun akhirnya diartikan sebagai “penjahat” atau “pengacau”, dan orang-orang dengan kecenderungan seperti itu dijuluki “Jagger”. Pada perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus, band-band di kampung-kampung pun kerap terintimidasi dengan teriakan yel-yel seperti “A, Setun A!”, yang bisa diartikan dengan permintaan: “Kang, jangan putar lagu-lagu Barat. Mainkan saja lagu-lagu Stones”.

Baca juga: Punya Riwayat Sakit Jantung, Sekretaris Disdagin Sukabumi Ditemukan Meninggal Dalam Mobil di Palabuhanratu

Lucunya, penonton akan tetap menari, meski pemainnya memainkan lagu rock Barat lainnya yang bukan milik The Rolling Stones. “Inilah yang saya maksud dengan menjadi generalisasi musik rock Barat, sekaligus menjadi bagian dari rock lokal,” ungkap Irfan.

undefinedundefinedLogo ikonik bibir dan lidah khas The Rolling Stones

Uniknya, tambah Irfan, The Rolling Stones juga identik dengan para warga di gang-gang sempit Kota Bandung, yang padat penduduk dengan berbagai permasalahan sosial. “Merujuk pada fakta ini, melalui Rocking Indonesia, saya bermaksud membawa vibrasi The Rolling Stones di Bandung ke ruang pameran di TheCube Project Space, Taipei,” ujar Irfan.

Baca juga: Ungkap Kasus Kekerasan Terhadap Anak, 23 Anggota Polres Sukabumi Diganjar Penghargaan

“Dengan menggabungkan pameran arsip, visual, dan seni suara ini, saya ingin mengajak pengunjung untuk memahami dan merasakan bagaimana The Rolling Stones, sebagai produk budaya Barat, bertransformasi dalam kehidupan lokal Bandung, Indonesia, dan menjadi contoh hubungan antara musik dan audiensnya,” jelas Irfan pula.

undefinedundefinedundefinedIrfan bersama pengunjung pameran

Dalam pameran ini, arsip-arsip yang dipamerkan sebagian besar berasal dari Majalah Aktuil edisi 1967-1986. Majalah musik populer terbitan Bandung ini, menurut Irfan, telah menjadi katalis dan propaganda budaya pop Barat di Indonesia paska tahun 1965.

Baca juga: Curi Uang dengan Modus Kempeskan Ban dan Pecah Kaca Mobil, 3 Terduga Pelaku Ditangkap Polres Sukabumi Kota

“Melalui Aktuil, saya ingin menunjukkan, bagaimana media menggambarkan The Rolling Stones, terutama ikonis Mick Jagger dan Keith Richards, secara hiperbolis. Tidak hanya dalam musik, tetapi juga dalam gaya hidup yang terkait dengan kredo seks, narkoba, dan rock ‘n roll,” urai Irfan.

undefinedundefinedKoleksi literasi yang dihadirkan di pameran

Tak hanya Aktuil, pameran ini juga akan menghadirkan beberapa arsip kaset, piringan hitam, dan mixtape digital koleksi Irama Nusantara, sebuah kelompok pengarsip musik asal Indonesia. Ada juga kolase video yang menggambarkan interpretasi masyarakat Bandung terhadap The Rolling Stones, yang berkembang seiring berjalannya waktu.

Baca juga: Hendak Tawuran Saat HUT Polwan, 12 Remaja-Pemuda Kelompok Berandal Bermotor Ditangkap Polres Sukabumi Kota

“Pada akhir September, saya juga akan mengundang Wawan Christiawan, penggemar Rolling Stones, artis senior live performance, untuk menampilkan interpretasinya terhadap fenomena tersebut. Saya juga mengundang Rama Saputra dan Mufti “Amenk” Priyanka, untuk mengabadikan lingkungan di Bandung melalui soundscape dan sketsa visual,” tutur Irfan, yang khusus mendedikasikan pameran ini bagi Amenk, yang meninggal dunia pada 7 Juni 2024 di Bandung karena sakit, saat tengah serius mempersiapkan pameran ini.

undefinedundefinedAlmarhum Mufti "Amenk" Priyanka

“Ini (memang) hanya (mengenai) rock 'n roll. Tapi, kami menyukainya,” ucap Irfan. “Saya ingin menunjukkan, bagaimana imajinasi rock 'n roll ini (akhirnya bisa) dibawa ke masyarakat melalui pahlawan lokal, seperti Deddy Stanzah dengan The Rollies dan Superkid, yang kemudian dianggap sebagai Mick Jagger versi lokal yang ideal. Ini menjadikannya ‘Mick Jagger di antara kita’, dan citranya kemudian ditiru oleh penggemar sebagai bentuk baru The Rolling Stones yang mereka kenal,” tambah Irfan.

Baca juga: Upacara Peringatan HUT Polwan ke-76 di Polres Sukabumi, AKBP Samian: “Tugas Polisi Wanita itu Berat”

Mick Jagger, yang kini telah berusia 81 tahun, mungkin bakal terpukau bila mendengar paparan “anak” Cimahi ini, yang kini tengah menggelar pameran “The Cultural Legacy of The Rolling Stones in Bandung” di TheCube Project Space, Taipei. (*)

Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terbaru

Hadapi Fenomena “Social Justice”, Ditreskrimsus Polda Jabar Gelar In-House Training Personil
Korupsi Rp 5,4 Miliar, 3 Mantan Pejabat RSUD Palabuhanratu Sukabumi Ditahan Polda Jabar
Dipindah ke Lapas Kebonwaru Bandung, Tersangka Korupsi PKBM Sukabumi Terancam Hukuman 20 Tahun Penjara
Bang Ben Setelah 29 Tahun Kepergian: Seniman Komplit-Plit yang Sulit Terlupakan dan Sulit Tergantikan
Sebulan Kurang Sepekan, Dunia Hiburan Tanah Air Kehilangan 2 Artis Perempuan
Mobil Tabrak Sepeda Motor di Jalan Raya Sukabumi Bogor, 2 Pengendara Sepeda Motor Meninggal Dunia
Kabar Duka: Artis-Dosen-Politisi Marissa Haque Meninggal Dunia
Dalam 10 Hari, 2 Warga meninggal Tertabrak Kereta Api di Perlintasan Tanpa Palang Pintu di Sukabumi
Kesaksian Warga di Perlintasan Tanpa Palang Pintu, “Saya Sempat Teriak, Kereta, Kereta”
Tabrak Kereta Api Bogor-Sukabumi, Pengendara Sepeda Motor Berusia 13 Tahun Meninggal Dunia
Diduga Terjatuh Saat Ambil Bambu, Lelaki 63 Tahun Ditemukan Meninggal di Saluran Irigasi Cikopak Sukabumi
Dikeroyok dan Dianiaya 4 Remaja di Cikole Sukabumi, Pemicu Peristiwa Ternyata Korban Sendiri
Keroyok dan Aniaya Pengendara Sepeda Motor, 4 Remaja Belasan Tahun Diamankan Polres Sukabumi Kota
Cuaca Ekstrim Landa Sukabumi, Rumah Warga 4 Desa dan Lapas di Kecamatan Warungkiara Rusak
Cari Bibit Pecatur Anak Jalanan, Cibadak Catur Club Rutin Gelar Pertandingan di Emperan
KRYD Sabtu Malam Polres Sukabumi: Tindak Sopir-Kernet Mabuk, Pemuda Nongkrong, dan Angkutan Umum Berotator
Agar Hidup Tidak Semakin Pelik, Hindari Berkawan dengan Orang “Toxic”
Treatment di “Babylin Beauty Bar”: Bagi yang Ingin Secantik Selebgram dan Artis Tenar
6 Terduga Pelaku Penyerangan Pasar Cibadak Sukabumi Ditangkap Polisi, 1 Terduga Pelaku Berusia 16 Tahun
Serang Warga di Pasar Cibadak Sukabumi, Terduga Pelaku: “Emang Janjian Mau Perang”