SUKABUMITREN.COM - Hari-hari ini, hingga 27 Oktober 2024, bila ada di antara Pembaca tengah berada di Taipei, atau menetap di Ibukota Taiwan itu, cobalah sempatkan waktu sejenak untuk datang ke TheCube Project Space, Taipei. Sejak 30 Agustus-28 Oktober 2024, di tempat ini sedang berlangsung sebuah pameran bertajuk “Rocking Indonesia, The Cultural Legacy of The Rolling Stones in Bandung”.
Jika ada yang penasaran, kok Kota Bandung disebut di tajuk pameran itu, jawabnya adalah karena sosok utama di balik pameran ini adalah “anak” kelahiran Cimahi, tamatkan kuliah dan pernah kerja sebagai jurnalis di Bandung, serta lama menaruh minat khusus pada grup band fenomenal, The Rolling Stones, yang punya penggemar dan pengaruh luar biasa kepada warga Kota Bandung.
Muhammad Irfan, kurator pameran
Baca juga: Tunaikan Ibadah Jumat di Lokasi Indah, Unik, dan Ikonik: Masjid Sri Soewarto Cicurug Sukabumi
Adalah Muhammad Irfan, demikian nama “anak” Cimahi itu, mantan jurnalis Bandung Ekspres dan Pikiran Rakyat, yang kini tengah mukim di Hsinchu, guna keperluan studi di National Yang Ming Chiao Tung University, Taiwan. Di sela-sela studinya itu, Irfan aktif menyoroti kegiatan bermusik para pekerja migran Indonesia, dan geliat dunia musik beserta seluruh pernak-perniknya di Negeri Formosa itu.
Aktivitas ini kemudian menginspirasi Irfan untuk menggagas dan menggelar pameran seni di Taiwan. Ia pun mengajak sejumlah seniman dan praktisi seni kontemporer asal Bandung untuk terlibat-serta dalam pemeran itu. Yakni seniman suara, Rama Saputra; seniman visual, Mufti “Amenk” Priyanka; seniman pertunjukan, Wawan Christiawan; dan kelompok Irama Nusantara.
Nama-nama kurator dan seniman yang terlibat di pameran
Baca juga: Wafat Dalam Usia 65 Tahun, Jenazah Ekonom Senior Faisal Basri Dimakamkan Kamis Siang ini
Irfan juga meminta kesediaan Penulis untuk mengirimkan beberapa koleksi media lawas ke Taipei, guna dipajang di ruang pameran. Sesuai tema pameran, yakni “Rocking Indonesia, The Cultural Legacy of The Rolling Stones in Bandung”, Penulis kemudian mengirimkan sembilan majalah lawas.
Yakni Aktuil edisi September 1974 dengan cover Giant Step, HAI edisi November 1988 (Neno Warisman), Variasi edisi Desember 1983 (Zacky dan Rita Sugiarto), Variasi edisi Mei 1982 (Minati Atmanegara), Variasi edisi Juli 1984 (Maya Rumantir), Vista edisi September 1983 (Nena Rosidi), Vista edisi Juni 1985 (Hastomo Arbi), Vista edisi September 1985 (Nila Permata), dan Vista edisi Juni 1986 (Wiwiek Sumbogo).
Penulis dengan koleksi Majalah Aktuil edisi September 1974
TheCube Project Space pun merasa terhormat menggandeng Irfan sebagai kurator pameran ini, yang sejatinya dihelat dalam suasana duka, karena berlangsung sepeninggal untuk selamanya Mufti “Amenk” Priyanka.
Seniman visual yang terkenal dengan kemampuannya memadukan teknik lukisan tinta dan komik ini, meninggal dunia dalam usia 44 tahun pada 7 Juni 2024 karena sakit, saat mempersiapkan pameran ini. Karena itu, pameran ini juga sekaligus didekasikan Irfan bagi Almarhum “Amenk”.
Almarhum Mufti "Amenk" Priyanka
Bahwa TheCube Project Space berkenan mewadahi keberlangsungan pameran ini, tiada lain karena pada beberapa tahun terakhir, seniman kontemporer dan suara Indonesia semakin menarik perhatian dunia, termasuk Taiwan. Sebut misalnya: proyek musik Kassel Documenta 2022 dan Taipei Biennale 2023, yang mengundang seniman dan kurator dari Indonesia.
Walau demikian, banyak publik Taiwan yang konon kabarnya masih kerap bertanya-tanya perihal sebab-musabab Indonesia bisa memiliki energi kreatif yang begitu kuat. Karena itu pula, pameran “Rocking Indonesia, The Cultural Legacy of the Rolling Stones in Bandung” ini diharapkan dapat menjawab segala tanya dan rasa penasaran publik Taiwan tersebut.
Suasana aktivitas pameran di Taiwan
Baca juga: Ungkap Kasus Kekerasan Terhadap Anak, 23 Anggota Polres Sukabumi Diganjar Penghargaan
Pameran ini juga diniatkan menjadi wahana untuk menggali sumber kreativitas seni Indonesia dari sudut pandang bottom-up, serta melihat kehidupan sehari-hari dan budaya populer masyarakat Indonesia. Utamanya Kota Bandung, yang merupakan tempat diselenggarakannya “Konferensi Asia Afrika” pada 1955, sebuah peristiwa bersejarah yang kemudian melahirkan konsep “Utara-Selatan”.
Bandung pula yang disebut Irfan sebagai kota tempat tumbuh-kembangnya “roh” grup band The Rolling Stones dalam berbagai wujudnya, mulai dari musik, gaya hidup, bahasa gaul, budaya, hingga beragam tampilan visual. Di Bandung juga, kata “Jagger” yang sejatinya adalah nama vokalis The Rolling Stones, sampai bisa diartikan sebagai “penjahat” atau “pengacau”.
Pada masanya di Bandung pula, setiap perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus, band-band di kampung-kampung senantiasa terintimidasi dengan teriakan yel-yel “A, Setun A!”, yang artinya kurang lebih: “Kang, jangan nyanyikan lagu-lagu Barat. Mainkan saja lagu-lagu (The Rolling) Stones”.
Luar biasanya, para penonton di Bandung ini akan tetap berjoget saat itu, meski awak band memainkan lagu rock Barat lainnya, yang bukan milik The Rolling Stones. Bisa begitu, karena sosok grup band ini telah terlanjur identik dengan para warga yang tinggal di gang-gang sempit dan padat Kota Bandung, dengan berbagai permasalahan sosial yang menerpanya setiap hari.
Pengunjung melihat-lihat koleksi pameran
Vibrasi “The Rolling Stones di Bandung” itu pula yang kini dibawa ke ruang pameran “Rocking Indonesia, The Cultural Legacy of The Rolling Stones in Bandung” di TheCube Project Space, Taipei.
Irfan, sebagai kurator pameran, mengatakan, “Melalui pameran arsip, visual, dan seni suara ini, saya ingin mengajak pengunjung untuk memahami dan merasakan, bagaimana The Rolling Stones sebagai produk budaya Barat, bertransformasi dalam kehidupan lokal Bandung, Indonesia, dan menjadi contoh hubungan antara musik dengan audiensnya.”
Baca juga: Upacara Peringatan HUT Polwan ke-76 di Polres Sukabumi, AKBP Samian: “Tugas Polisi Wanita itu Berat”
Lamun kitu (kalau begitu), hayuklah nembang heula (ayolah nyanyi dulu): You used to be my party doll...!!! (*)