SUKABUMITREN.COM - Bertepatan dengan peringatan “Hari Radio Nasional” dan perhelatan “A Tribute to Mas Yos” pada 11 September 2024, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, direncanakan akan mengusulkan pemberian penghargaan kepada Mas Yos sebagai “Bapak Rekaman dan Radio - Ekonomi Kreatif Musik Rekaman dan Radio di Indonesia”.
Seiring dengan usulan itu, dalam perhelatan “Tribute to Mas Yos” tersebut, akan digelar pula pameran dan peluncuran buku berjudul “Panggil Saya Mas Yos”.
Sosok bernama lengkap Komodor Muda (Purn) R. Suyoso Karsono ini, lahir pada 18 Juli 1921 di Tanjungpandan, Kepulauan Bangka Belitung.
Pada 1942, setelah menyelesaikan sekolahnya di jurusan ekonomi, Mas Yos melamar sebagai Sodanco untuk menjadi Penerbang Angkatan Udara. Mas Yos kemudian diterima menjadi penerbang, dan terus aktif bertugas hingga pensiun pada 1962.
Komodor Muda (Purn.) R. Suyoso Karyono
Sejak bertugas di Angkatan Udara itu, Mas Yos sudah terlibat dalam kegiatan bermusik, dengan antara lain mendirikan grup musik bernama “Hawaian Lieve Souveniers” di Semarang. Selepas masa tugasnya sebagai penerbang, Mas Yos mendirikan pula grup musik “Elshinta Hawaian Senior”, yang kemudian berubah namanya menjadi “Hawaian Senior”. Nama Elshinta diambil dari nama putri bungsunya, Eshinta Suyoso, yang kelak digunakannya pula sebagai nama Radio Elshinta di Jakarta.
Berkat aktivitas dan minatnya yang kuat dalam bidang musik tersebut, Mas Yos akhirnya memperoleh julukan “The Singing Commodore”. Kala itu, eksistensinya benar-benar tak bisa dilepaskan dari kegiatan musik jazz di Tanah Air.
Baca juga: Setelah Sempat Bentrok, Pengemudi Ojol dan Angkot Sepakat Berdamai di Polres Sukabumi Kota
Pada awal periode ’50-an, yakni pada 1951, Mas Yos untuk pertama kalinya membangun studio rekaman seluas dua kali tiga meter persegi, bernama Irama Records, di garasi rumahnya di Jalan H. Agus Salim Nomor 65 (sekarang Nomor 119), dan di Jalan Besuki Nomor 23, Jakarta Pusat.
Irama Records adalah studio rekaman berlabel pertama di Indonesia. Irama Records juga menjadi pelopor dalam industri rekaman piringan hitam modern dari shellac ke vinyl, yang mewarnai dunia musik Indonesia.
Album rekaman yang pertama kali diproduksi Irama Records adalah album dari pianis Nick Mamahit, yang berpasangan dengan Dick Abel (gitar), Dick van der Capellen (drum), dan Max van Dalm (bas). Setelah itu, Irama Record juga merilis sejumlah album rekaman musisi jazz lainnya, seperti Jack Lesmana, Mus Mualim, dan Bubi Chen.
Seiring waktu, studio rekaman ini kemudian juga tumbuh menjadi tempat berkumpulnya penyanyi dan musisi berbakat, serta berperan sangat signifikan dalam penyebaran musik lokal ke seluruh penjuru Nusantara dan mancanegara.
Setelah Irama Records, Mas Yos juga mendirikan studio rekaman J&B dan Elshinta Records. Bersama tiga studio rekaman miliknya itu, Mas Yos pun aktif terlibat sebagai produser, penyanyi, broadcaster, dan pengembang bakat yang merekam suara dan musik para penyanyi dan musisi legendaris Indonesia.
Sebut saja diantaranya adalah Nick Mamahit, Sam Saimun, Nien dan Jack Lesmana, Bubi Chen, Nurseha, Titiek Puspa, Mus Mualim, Bing Slamet, Rachmat Kartolo, Joppie Item, Orkes Gumarang, Orkes Arulan, Oslan Husein, Waldjinah, Marini, Henny Poerwonegoro, Lilies Suryani, Koes Bersaudara, Usman Bersaudara, Bob Tutupoly, Kris Biantoro, Aida Mustafa, Widyawati (Trio Visca), Dara Puspita, Harvey Malaihollo, The Elshinta Hawaiian Seniors, Masnait Group, serta masih banyak lagi penyanyi dan musisi lainnya.
Album penyanyi Oslan Husein
Baca juga: HUT Kemerdekaan RI ke-24 Tahun 1969: Membuka Kembali Edisi “Nomor Proklamasi” Majalah Selecta
Kecintaannya pada musik itu pula yang kemudian mendorong Mas Yos mendirikan Radio Elshinta di Jakarta pada 14 Februari 1968. Radio swasta niaga pertama pada jalur AM di Indonesia ini, saat itu memiliki program khusus untuk musik jazz.
Setelah Elshinta, Mas Yos juga mendirikan Radio Suara Irama Indah pada jalur FM Stereo. Dua stasiun radio swasta niaga pertama itu, berhasil menjadi bagian penting yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, khususnya dalam penyebaran musik dan informasi di Indonesia.
Baca juga: KLB PWI Akhirnya Jadi Digelar di Jakarta, Hendry Ch. Bangun: “Itu Pelanggaran Serius”
Seluruh kisah kepeloporan itu kini masih terasa memberikan dampak signifikan bagi sejarah perjalanan musik, industri rekaman, dan juga radio di negara ini.
Mas Yos-lah yang mengawali ekonomi kreatif di dunia musik, industri rekaman, dan radio pada era paska kemerdekaan Indonesia, sejak 1951 hingga kini, melalui label rekaman piringan hitam: Irama, J&B, dan Elshinta, serta radio komersial Elshinta Broadcasting System dan radio Suara Irama Indah.
Baca juga: Kapolres Sukabumi Kota Pimpin Sertijab Kabag Log serta Beri Penghargaan 42 Personil Polri dan ASN
Karena itu, wajar, bila bertepatan dengan “Hari Radio Nasional” dan perhelatan “A Tribute to Mas Yos” di Jakarta pada 11 September 2024, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, direncanakan akan mengusulkan pemberian penghargaan kepada Mas Yos sebagai “Bapak Rekaman dan Radio - Ekonomi Kreatif Musik Rekaman dan Radio di Indonesia”.
Atas usulan pemberian penghargaan bagi tokoh yang wafat dalam usia 63 tahun di Jakarta, 26 Oktober 1984, ini, sepertinya layak jika di tahun-tahun berikutnya juga kembali dilaksanakan “A Tribute to Mas Yos”. (*)