SUKABUMITREN.COM - Agustus adalah Bulan Kemerdekaan. Situasi itu pula yang tergambar dengan jelas pada 62 tahun silam di Jakarta, sebagaimana diwartakan oleh Mingguan djadoel "Djaja", terbitan Nomor 29, tanggal 11 Agustus 1962.
Saat itu, cover depan mingguan tersebut adalah foto karya seorang fotografer bernama Tan Hong Gie. Penjelasan atas cover foto itu ditulis pula di Mingguan Djaja.
Baca juga: Sensasi Dalam Seduhan Teh: Beda Nama, Beda Pula Rasa dan Aromanya
GAMBAR SAMPUL MINGGU INI
DEPAN: Pantjuran air jang baru sadja diresmikan dipersimpangan Djl. Merdeka Barat/Selatan – Dj. Thamrin – Budi Kemuliaan. Kolam bundar itu bergaris tengah 45 m dan berisi 1000 m3 air. Pantjaran utama dikelilingi oleh 17 pantjaran jang ketjil2. Air jang dipantjarkan dengan tenaga pompa diisap lagi oleh pipa2 dan dipantjarkan kembali. Dilatar belakang nampak Tugu Nasional jang sedang giat dibangun, sebuah djalan lurus dari persimpangan tersebut diatas nampak membudjur ke arah tugu.
Kolam air mancur dengan latar belakang Tugu Nasional yang saat itu sedang dibangun
Ketika itu, tepatnya pada 1 Agustus 1962, sebuah kolam indah dengan air mancur di tengahnya memang baru saja diresmikan, guna menyambut HUT Kemerdekaan RI ke-17. Kolam dengan air mancur itu terletak di persimpangan Jalan Merdeka Barat, Jalan Merdeka Selatan, Jalan M.H. Thamrin, dan Jalan Budi Kemuliaan.
Dikutip dari halaman dalam Mingguan Djaja, seiring dengan peresmian itu, sebuah kunci secara simbolis diserahkan oleh Presiden Direktur PT Tehnik Umum, selaku pelaksana pembuatan kolam air mancur itu, kepada Gubernur KDIJ (kini DKI Jakarta), Soemarno.
Penyerahan kunci itu merupakan tanda selesainya pembangunan kolam air mancur tersebut. Peresmian kolam air mancur ini dilakukan oleh Wakil Gubernur KDIJ, Henk Ngantung.
“Suatu tombol ditekan oleh Ibu Soemarno dan menjemburlah air setinggi lebih dari 10 meter diiringi oleh bunji napas tertahan dari publik yang sedjenak kemudian meletus mendjadi sorak sorai yang gegap gempita,” demikian ditulis Mingguan Djaja, menggambarkan suasana peresmian air mancur tersebut, saat itu.
Di warta yang sama, tertulis pula sedikit “kekurangan” dari air mancur ini pada hari peresmiannya itu. “Airmantjur utama seharusnya memantjar setinggi 17 meter tetapi karena tekanan masih kurang, waktu pembukaan tinggi itu belum tertjapai.”
Baca juga: Sekilas Mengenai Jahe: Disukai Kong Hu Tju Hingga Penikmat Wedang Ronde
Kendati demikian, keindahan kolam air mancur itu sontak mengundang puja-puji. Mingguan Djaja menulis, “Pantjaran itu dikelilingi oleh 17 lainnja yang ketjil2 merupakan suatu lingkaran. Pantjaran air ini pada waktu malam diterangi oleh lampu2 beranekawarna jang dapat diatur. Warna-warni indah jang dipantulkan titik2 air jang berhamburan memberikan effek jang mengagumkan.”
Bagi masyarakat Ibu Kota saat itu, kehadiran kolam air mancur ini disambut dengan sangat antusias. Apalagi, seiring dengan peresmiannya itu, digelar pula kegiatan pasar malam di sekitar kolam air mancur ini. Alhasil, suasana yang tercipta saat itu benar-benar meriah, sebagaimana ditulis Mingguan Djaja, “Rakjat berkerumun disekitar kolam jang bergaristengah 45 meter itu sampai djauh malam untuk menikmati hiburan jang belum pernah ada sebelumnja. Suasana pasar malam jang riang berlangsung sampai malam. Orangtua2 membawa anak-nja, pemuda2 membawa patjarnja, tak ketinggalan pedagang2 makanan dan minuman, pendjadja2 barang permainan dengan balon2 karet ikut meriakan suasana, diselingi oleh tiupan trompet2an kertas jang baru dibeli oleh para adik.”
Baca juga: Menembus Waktu 62 Tahun Lalu: Praktek Membuat “Manisan Djahe” ala Mangle Oleh Teh Nata
Saat ini, kolam air mancur itu telah berubah wujud menjadi kolam dengan patung Arjuna Wijaya di tengahnya. Tugu Nasional yang kala itu tengah giat dibangun, sebagaimana ditulis Mingguan Djaja untuk menjelaskan cover depan fotonya, sekarang juga telah megah berdiri dengan nama Monumen Nasional, atau Monas.
Namun demikian, keindahan masa silam kolam air mancur itu tetap terkenang abadi, seperti tertulis di alinea penutup dari warta di Mingguan Djaja, “Demikianlah sepintas lalu rakjat Ibukota menjambut perhiasan baru jang mempertjantik kotanja.” (*)