Masa Jaya Dongeng Sunda di Radio: Mendengarkan Tisna Suntara dan Andi R Djauhari di “Sempal Guyon Parahyangan"

Selasa, 6 Aug 2024 13:56
    Bagikan  
Masa Jaya Dongeng Sunda di Radio: Mendengarkan Tisna Suntara dan Andi R Djauhari di “Sempal Guyon Parahyangan"
Kin Sanubary

SUKABUMITREN.COM - “Wilujeng tepang para mitra sadaya. Patepang dangu deui sareng acara anu maneuh "Sempal Guyon Parahyangan...."

Pendengar radio di Bandung dan Jawa Barat pada era tahun ‘80-’90-an tentu masih ingat betul dengan kata sapa pembuka di atas, dari sebuah acara radio, yang disiarkan oleh radio-radio siaran swasta niaga di hampir seluruh kota dan kabupaten di Jawa Barat.

Baca juga: Sekilas Mengenai Jahe: Disukai Kong Hu Tju Hingga Penikmat Wedang Ronde

Atau, juga dengan kata sapa pembuka di bawah ini:

“Wilujeng tepang paramitra sadaya, patepang dangu deui sareng acara anu maneuh Dongeng Sunda Pasosore ti radio kameumeut balarea dina waktos sareng gelombang nu sami, wilujeng ngadangukeun ka paramitra di mana wae ayana”

Baca juga: Menembus Waktu 62 Tahun Lalu: Praktek Membuat “Manisan Djahe” ala Mangle Oleh Teh Nata

Kata sapa pembuka tersebut terus terkenang hingga kini, karena kata-kata itulah yang senantiasa mengawali penayangan acara Dongeng Sunda paling terkenal kala itu, yakni “Sempal Guyon Parahyangan”.

Acara ini diproduksi Radio Garuda Bandung, dan ditayangkan oleh berbagai radio siaran swasta niaga di Jawa Barat.

Baca juga: Barometer Gaya Hidup Remaja Era ‘80-’90-an: Wajib Baca Hai!!!

Ada beragam tokoh yang selalu berceloteh “nyunda” di acara ini, seperti Kundang, Mas Paijo, Pak Otong, Nyi Iting, Pak Kurdi, Mang Minta, Abah Jangkung, Oded, dan masih banyak lagi tokoh yang lainnya. Tema perbincangan yang senantiasa “diributkan” oleh para tokoh itu, adalah kehidupan sehari-hari dari sebuah keluarga Sunda.

Setiap tokoh dalam acara ini memiliki karakter dan ciri khas masing-masing. Demikian pula karakter suaranya: sangat berbeda antara satu tokoh dengan tokoh lainnya. Alhasil, banyak pendengar radio yang akhirnya kaget, begitu tahu bila seluruh suara dari para tokoh itu hanya keluar dari mulut dua orang saja, yakni Tisna Suntara dan Andi R. Djauhari.

Baca juga: Resep Mangle Tahun 1965: Olah Biji Durian Jadi Kerupuk

Kedua orang inilah sosok yang mengumandangkan berbagai karakter suara yang berbeda-beda dalam acara radio “Sempal Guyon Parahyangan” itu. Disiarkan setiap sore, hingga disebut “Dongeng Sunda Pasosore” atau “Dongeng Sunda Pada Waktu Sore”, kepopuleran acara itu sontak melambungkan nama Tisna Suntara dan Andi R. Djauhari.

undefined

Tisna Suntara dan Andi R. Djauhari di acara "Sempal Guyon Parahyangan".

Kala itu, tahun ‘80-’90-an, adalah masa keemasan radio di Bandung dan sebagian besar wilayah Jawa Barat. Pada masa itu, radio-radio siaran swasta niaga hampir ada di seluruh kota dan kabupaten di Jawa Barat, serta menjadi penyedia hiburan utama bagi masyarakat.

Baca juga: Kisah 60 Tahun Silam: Keramas Pakai Kulit Jengkol

Dan, Dongeng Sunda adalah salah satu acara yang paling mencuri perhatian, serta menciptakan kenangan tak terlupakan bagi para pendengarnya. Popularitas Dongeng Sunda, beserta para penyiarnya kala itu, benar-benar sangat luar biasa. Kondisi itu tercipta karena para juru dongeng ini menyapa pendengar setianya setiap hari tanpa jeda, lewat cerita-cerita yang sangat akrab dengan hidup keseharian para pendengarnya.

Berkat pertemuan setiap hari di “udara” itu pula, lambat laun tercipta ikatan batin yang unik antara penyiar dan pendengar, serta menjadikan acara Dongeng Sunda itu sebagai wadah kekerabatan baru.

Baca juga: 31 Juli 2024, Gereja Santo Ignatius Cimahi Rayakan Pesta Nama Pelindung Gereja ke-116 Tahun

Berkat acara Dongeng Sunda ini, ketenaran seorang bupati atau tokoh publik di wilayah Jawa Barat saat itu bisa dibilang “tak ada apa-apanya”, bila dibandingkan keterkenalan nama-nama seperti Uwa Kepoh, Djamar Media, Haji Dulacis, Tisna Suntara, Andi R. Djauhari, Mang Barna, Mang Jaya, Mang Engkos, Ki Leuksa, Mang Dina, Pak Indrajaya, dan Bah Selud, bersama puluhan juru dongeng lainnya.

undefined

Hingga kini, kenangan dan kesan yang tercipta lewat Dongeng Sunda yang diudarakan oleh nama-nama tersebut di atas terasa benar tak pernah pudar. Nama-nama itu masing-masing punya cara unik untuk membius pendengarnya, dengan beragam kisah menarik dan kelucuan-kelucuan yang membuat para pendengarnya tidak bisa berhenti mendengarkan hingga acara selesai.

Baca juga: Analisa Data dan Fakta Kasus Sengketa Tanah di Makassar: Ahli Waris Tjoddo vs Mafia Tanah dan PT ICC

Penyajian Dongeng Sunda di radio ini berbeda dengan sandiwara radio konvensional yang melibatkan pemeran fisik di sebuah panggung. Kisah dan cerita dalam Dongeng Sunda juga tidak hanya mencakup kehidupan sehari-hari, namun bisa berisikan cerita silat dan roman Sunda yang sangat digemari oleh pendengar radio saat itu.

Sangat sulit dilupakan juga dongeng legenda dan mistik seperti Si Rawing, Si Buntung Jago Tutugan, Jawara Sagara Kidul, Si Keling, dan masih banyak lagi yang lainnya.

undefined

Kenangan akan Dongeng Sunda di radio memang senantiasa abadi bagi siapa pun yang pernah mendengarkannya. Acara-acara di radio itu merupakan bagian hidup masa lalu yang indah untuk dikenang. Tak heran bila almarhum penyanyi Gombloh pernah menyanyikan lagu yang juga sangat ternama di masanya, “Di radio, aku dengar lagu kesayanganku...” (*)

*) Kin Sanubary, pendengar dan pemerhati siaran radio



Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terbaru

Hadapi Fenomena “Social Justice”, Ditreskrimsus Polda Jabar Gelar In-House Training Personil
Korupsi Rp 5,4 Miliar, 3 Mantan Pejabat RSUD Palabuhanratu Sukabumi Ditahan Polda Jabar
Dipindah ke Lapas Kebonwaru Bandung, Tersangka Korupsi PKBM Sukabumi Terancam Hukuman 20 Tahun Penjara
Bang Ben Setelah 29 Tahun Kepergian: Seniman Komplit-Plit yang Sulit Terlupakan dan Sulit Tergantikan
Sebulan Kurang Sepekan, Dunia Hiburan Tanah Air Kehilangan 2 Artis Perempuan
Mobil Tabrak Sepeda Motor di Jalan Raya Sukabumi Bogor, 2 Pengendara Sepeda Motor Meninggal Dunia
Kabar Duka: Artis-Dosen-Politisi Marissa Haque Meninggal Dunia
Dalam 10 Hari, 2 Warga meninggal Tertabrak Kereta Api di Perlintasan Tanpa Palang Pintu di Sukabumi
Kesaksian Warga di Perlintasan Tanpa Palang Pintu, “Saya Sempat Teriak, Kereta, Kereta”
Tabrak Kereta Api Bogor-Sukabumi, Pengendara Sepeda Motor Berusia 13 Tahun Meninggal Dunia
Diduga Terjatuh Saat Ambil Bambu, Lelaki 63 Tahun Ditemukan Meninggal di Saluran Irigasi Cikopak Sukabumi
Dikeroyok dan Dianiaya 4 Remaja di Cikole Sukabumi, Pemicu Peristiwa Ternyata Korban Sendiri
Keroyok dan Aniaya Pengendara Sepeda Motor, 4 Remaja Belasan Tahun Diamankan Polres Sukabumi Kota
Cuaca Ekstrim Landa Sukabumi, Rumah Warga 4 Desa dan Lapas di Kecamatan Warungkiara Rusak
Cari Bibit Pecatur Anak Jalanan, Cibadak Catur Club Rutin Gelar Pertandingan di Emperan
KRYD Sabtu Malam Polres Sukabumi: Tindak Sopir-Kernet Mabuk, Pemuda Nongkrong, dan Angkutan Umum Berotator
Agar Hidup Tidak Semakin Pelik, Hindari Berkawan dengan Orang “Toxic”
Treatment di “Babylin Beauty Bar”: Bagi yang Ingin Secantik Selebgram dan Artis Tenar
6 Terduga Pelaku Penyerangan Pasar Cibadak Sukabumi Ditangkap Polisi, 1 Terduga Pelaku Berusia 16 Tahun
Serang Warga di Pasar Cibadak Sukabumi, Terduga Pelaku: “Emang Janjian Mau Perang”