SUKABUMITREN.COM - Mengenang Majalah Hai adalah seperti membangkitkan kembali romantisme sebuah majalah remaja dari era tahun ‘80-‘90-an. Selama 40 tahun, Hai sukses menjadi salah satu bacaan pilihan para remaja. Hai ketika itu menjadi salah satu sumber informasi bagi para remaja, karena mulai dari cover, sampul muka majalah, hingga kulit belakang, semuanya berhubungan dengan dunia remaja.
Tak bisa dipungkiri, Hai ketika itu telah menjadi acuan anak muda dalam soal gaya hidup, festival, musik, film, olahraga, iptek, dan tak ketinggalan: cerita pendek (cerpen) serta komik.
Baca juga: Resep Mangle Tahun 1965: Olah Biji Durian Jadi Kerupuk
Hai pertama kali terbit pada 4 Januari 1977. Cikal bakal majalah ini adalah Majalah MIDI, majalah muda-mudi yang sama-sama diterbitkan oleh grup Kompas Gramedia. Setelah terbit empat dasawarsa, Hai resmi mengakhiri perjalanannya di dunia majalah Tanah Air pada Juni 2017.
Keberhasilan Hai tak terlepas dari sosok pendiri dan pemimpin redaksinya, yaitu Arswendo Atmowiloto, atau akrab disapa Mas Wendo. Tulisan-tulisannya di Hai dan media lainnya, termasuk juga di buku-buku cerita, senantiasa digemari dan dinanti para pembaca setianya.
Baca juga: Kisah 60 Tahun Silam: Keramas Pakai Kulit Jengkol
Para remaja kala itu akrab dengan tokoh Imung, yang ditulis secara bersambung oleh Mas Wendo. Juga serial Kiki & Komplotannya, serta cerita silat Senopati Pamungkas. Rubrik-rubrik itu dulu banyak digemari para remaja.
Kekuatan utama dari tulisan-tulisan Mas Wendo adalah memiliki “roh”, yang sangat besar pengaruhnya kepada pembaca. Tulisan Mas Wendo juga mudah sekali dipahami, “sesuatu” yang wajib dimiliki oleh siapa pun yang sedang belajar menulis dan mengarang.
Baca juga: Mangga Dicobi Resep ti Mangle: Goreng Sangu Di-ontjoman
Berkat Mas Wendo, Hai akhirnya juga menjadi acuan bagi para penulis pemula, lewat rubrikasi “Menulis Itu Gampang”, “Mengarang Novel Itu Gampang”, “Melawak Itu Layak”, “Bimbingan Karir”, dan “Pergaulan Sehat”.
Hai juga dikenal sebagai majalah yang paling getol menampilkan cerita bergambar dan komik, baik dari mancanegara maupun karya-karya komikus Indonesia. Kala itu, komikus Indonesia yang rutin mengisi rubrikasi Hai, adalah Jan Mintaraga, Teguh Santosa, Ganes Th, Wid NS, Yudah Noor, Hasmi, dan Joni Andrean.
Baca juga: Kembangkan Kewirausahaan di Papua Tengah, 30 OAP Ikuti Pelatihan Budidaya Perikanan di Subang
Sedangkan komik-komik asing yang digemari pembaca Hai, adalah Trigan, Storm, Rahan, Arad & Maya, Roel Dijkstra, Coki Si Pelukis Cepat, Deni Manusia Ikan, dan The Beatles Story.
Lewat kehadiran komik-komik itu, Hai sukses mendobrak mitos, bahwa komik bukan bacaan mendidik, melainkan justru bacaan yang asyik, menarik, dan membuat remaja jadi kreatif.
Baca juga: Mengenal Tramadol dan Eximer, Obat Terlarang yang Dijual Pemilik Warung Kopi di Cibadak Sukabumi
Jangan dilupakan pula, peran ilustrator dan juru gambar Hai yang sangat mumpuni. Hai punya tiga ilustrator hebat, yaitu Wedha, Kochis, dan Aries Tanjung. Coretan-coretan kuas dan sketsa karya tiga ilustrator ini penuh dengan variasi, kreativitas, dan sangat bisa menghidupkan cerita dan kisah yang ditampilkan menjadi menarik, enak dilihat, dan dibaca.
Hampir semua tokoh fiktif yang dihadirkan dalam serial cerita dan komik Hai digemari para pembaca, dan terus melekat hingga kini. Pendek kata, Hai dan tokoh-tokohnya telah berhasil menjadi teman setia para remaja era tahun ‘80-’90-an.
Berkat Hai pula, para remaja kala itu bisa senantiasa memperoleh informasi ter-update perihal musisi dan grup band pujaan, seperti The Beatles, Rolling Stones, Scorpions, Queen, Jimi Hendrix, Jim Morrison, Janis Joplin, Boy George, dan para pesohor lainnya.
Hai juga yang di setiap edisinya hampir selalu mengulas profil para pahlawan kemerdekaan Indonesia, seperti Tjut Nyak Dhien, Kartini, Dewi Sartika, HR Rasuna Said, KH Dewantara, Adi Sucipto, Pattimura, Dr. Sardjito, dan para pahlawan kemerdekaan yang lainnya.
Baca juga: Kisah 60 Tahun Silam: Keramas Pakai Kulit Jengkol
Mengingat tulisan ini diketik Penulis pada hari pertama Agustus, yang merupakan Bulan Kemerdekaan Indonesia, maka izinkanlah Penulis menutup tulisan tentang Hai ini dengan pekik semangat para pemuda dan remaja tempo doeloe.
Merdeka!!! (*)
Kin Sanubary, pemerhati dan kolektor media lawas