SUKABUMITREN.COM - Tabloid Monitor adalah pelopor media cetak infotainment atau hiburan di Tanah Air, yang dirintis dan dikomandani oleh Arswendo Atmowiloto. Berkat tangan dingin jurnalis, penulis, dan pengarang super kreatif yang akrab disapa Mas Wendo ini, Monitor tumbuh menjadi ikon tabloid hiburan yang nyaris tiada duanya di Indonesia.
Kesuksesan tabloid yang terbit perdana pada 1986 ini, membuat Monitor menjadi bagian tak terpisahkan dari kenangan indah era tahun ‘80-‘90-an. Mas Wendo, selaku Pemimpin Redaksi, berhasil menciptakan terobosan baru dalam penyajian berita hiburan, yang tidak hanya menghibur, namun juga memberikan wawasan kepada pembacanya.
Dengan kontennya yang beragam dan kreatif, Tabloid Monitor telah menjadi tonggak sejarah penting yang tak terlupakan, dalam perkembangan media hiburan Tanah Air.
Baca juga: Radio Pemancar Flippies Psychedelic Bandung: Sebuah Kenangan Tahun 70-an
Penulis pun mengawali kedekatan dengan media cetak dari kegemaran membaca dan berlangganan Tabloid Monitor, sejak pertama kali terbit hingga dibekukan.
Bagi Penulis saat itu, tabloid ini bukan lagi sekadar panduan menonton acara televisi, namun juga menjadi sumber ulasan yang komprehensif mengenai dunia televisi, radio, film, musik, dan hiburan lainnya.
Kedekatan psikologis itu pula yang mendorong Penulis, setelah lebih dari 30 tahun berlalu sejak Tabloid Monitor vakum, memutuskan menghidupkan kembali kenangan indah atas tabloid itu, melalui media sosial, terutama Facebook dan Instagram.
Satu demi satu sampul Tabloid Monitor yang diunggah Penulis di sosmed, telah menjadi daya tarik dan nostalgia bagi siapa pun yang pernah mengikuti perkembangan media cetak pada era tahun ‘80-‘90-an.
Melalui unggahan yang hampir selalu memperoleh banyak respon itu, terungkap: betapa besar pengaruh Tabloid Monitor bagi perkembangan media cetak dan acara hiburan di Indonesia.
Tentu saja, proses mengunggah sampul media cetak itu tidak dilakukan Penulis secara sembarangan. Penulis selalu melakukan pengecekan dan konfirmasi dengan jurnalis senior atau pihak terkait, untuk memastikan keakuratan informasi.
Penulis akui, pada awalnya, unggahan itu memantik banyak komentar “miring”. Namun, dengan penjelasan yang tepat, penggemar setia dan para mantan wartawan Tabloid Monitor akhirnya bisa meresapi dan menerima kembali kehadiran Tabloid Monitor dalam hidup mereka.
Seiring berjalannya waktu, sejumlah sahabat, kerabat, wartawan, dan artis yang Penulis kenal dan pernah punya hubungan baik dengan Tabloid Monitor, akhirnya berkenan pula memberikan perhatian dan komentar positif.
Segenap perhatian dan respon yang baik ini, pada gilirannya membuat Penulis, selaku pengunggah setia sampul-sampul Tabloid Monitor, merasa berhasil membangkitkan kenangan atas tabloid itu, serta membagikan warisan berharganya bagi dunia media cetak Indonesia.
Setiap mengunggah sampul muka Tabloid Monitor, Penulis seperti merasa membuka pintu nostalgia bagi pembaca. Dan, yang tak kalah menyenangkan, unggahan itu hampir selalu mendapatkan sambutan khusus dari para mantan awak Tabloid Monitor, di mana pun mereka berada saat itu.
Salah seorang jurnalis alumni Tabloid Monitor yang Penulis kenal dengan sangat baik adalah Mas Gunawan Wibisono. Ketika itu, Beliau merupakan fotografer muda di Tabloid Monitor, selain juga di Majalah Senang dan Majalah Angkasa. Keahlian fotografi Mas Gunawan menjadi salah satu elemen penting yang memberi nuansa pada setiap sampul Tabloid Monitor.
Tak kalah menarik juga adalah karikatur "Moni" dan “Telop”, dengan sketsa yang menhibur, karya Uda Aries Tanjung. Kreativitas Komandan Artistik ini berhasil menghadirkan nuansa ringan dan lucu, serta kesan tak terlupakan pada setiap edisi Tabloid Monitor.
Di luar Mas Gunawan Wibisono dan Uda Aries Tanjung, banyak jurnalis muda lainnya saat itu yang bergabung dengan Tabloid Monitor dan sejumlah media cetak besutan Mas Wendo.
Sebut diantaranya: Tavip Riyanto, Butet Kertarejasa, Wedha Abdul Rasyid yang terkenal dengan ilustrasi WPAP-nya, Ramadhan Syukur, Ramlan Noerokim, Yanto Bhokek, Mayong Suryo Laksono, Erwin Arnada, Syamsuddin Ch Haesy, Ricke Senduk, Widiati Kamil, Yustina Danujaya, Turluki Taningdyah, Shinta K. Sari, Tammy Yonosoepoetro, Nana S. Pertiwi,Yenny Wiryadi, Jodhi Yudono, Benny N Joewono, Ludi Hasibuan, Fathan Rangkuti, Marcel Hartawan, dan Arno Santosa.
Tidak boleh juga dilupakan, para jurnalis senior yang telah wafat dan punya rekam jejak dalam perjalanan Tabloid Monitor, yakni almarhum Syamsudin Noer Moenadi, almarhum Veven Sp Wardhana, almarhum Hans Miller Banurea, almarhum Bambang Isworo-Tjelah Teater, almarhum Simon Pudji Widodo, almarhum Djoko S, dan almarhum Bujang Pratiko.
Nama-nama para mendiang ini akan senantiasa dikenang dengan penuh apresiasi, dan memperoleh tempat khusus dalam setiap upaya mengenang masa-masa indah bersama Tabloid Monitor.
Lima tahun yang lalu, sebelum kesehatan Mas Wendo menurun, Penulis menerima pesan dari jurnalis senior, Mbak Ricke Senduk. Pimpinan Tabloid Bintang dan sahabat dekat Mas Wendo ini, mengirimkan selarik pesan berupa undangan untuk hadir di acara ulang tahun Mas Wendo.
Namun, takdir berkata lain. Pada 19 Juli 2019, Mas Wendo berpulang ke Haribaan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Alhasil, Penulis merasa bersyukur, karena sebelum pandemi melanda, dapat menghadiri acara “Tribute to Arswendo Atmowiloto”, yang diinisiasi oleh para jurnalis senior untuk mengenang 100 hari kepergian Sang Maestro.
Acara ini sekaligus menjadi ajang temu kangen para sahabat, keluarga, dan kolega Mas Wendo, sembari merayakan warisan budayawan yang telah menjadi panutan bagi banyak orang itu.
Salam hormat dan doa kesehatan selalu teruntuk Ibu Agnes Sri Hartini, istri tercinta almarhum Mas Wendo, serta keluarga besar Mas Wendo. Semoga karya-karya Beliau tetap menginspirasi dan mewariskan semangat kepada generasi-generasi mendatang. (*)