SUKABUMITREN.COM - Bandung, sejak dulu, dikenal sebagai kota paling kreatif di Indonesia. Pada dasawarsa 70-an, perkembangan kreativitas anak muda Bandung tak bisa dilepaskan dari gaya hidup, mode, seni, dan musik. Dan, salah satu yang menunjang kreativitas itu adalah keberadaan stasiun radio.
Ketika itu, di Kota Bandung, bermunculan pemancar-pemancar radio amatir, yang merupakan cikal bakal radio siaran swasta. Sebut saja diantaranya: Radio Oz, Bonk Kenk, Blue Jean Racing, Mara 27, Mercy 73, Young Generation, Maestro, Elgangga, dan Sarinah.
Ada juga Blue Angel, No Name, Thunderbird, Cannabissativa, Falcon, Zigzag, Sableng, dan X-Cess. Selanjutnya, ada VOC, VBS, SMERSH, Syndicate of Love, dan Flippies Psychedelic.
Penyiar-penyiar Radio Flippies Psychedelic, Bandung
Radio Flippies Psychedelic
Ada sebuah cerita klasik tentang salah satu pemancar radio amatir, yang menjadi tonggak lahirnya radio-radio siaran di Bandung, yakni Radio Flippies Psychedelic.
Radio ini dikenal dengan motonya: "Daya Pancarnya Menyebrang Lautan".
Nama radionya memang cukup eksentrik, bila disandingkan dengani deretan nama-nama radio amatir lainnya di Kota Bandung, saat itu. Sebuah nama yang sesuai dengan kondisi dan jiwa muda para penggemar lagu-lagu dan musik pop, yang tengah digemari ketika itu.
Suara khas dari para penyiar muda radio itu pun selalu dinanti para pendengarnya.
“Anda semua masih tetap bersama kami, ‘Flippies Psychedelic Sound of Peace’, yang bekerja di udara melalui gelombang SW 62,7 meter, dan frekuensi 4830 Khz, dipancarkan langsung dari Jalan Kacapiring Nomor 5, Bandung. Bagi mereka yang mau minta lagu, harap sabar menunggu giliran,” demikian antara lain sapa hangat khas penyiarnya, yang selalu diperdengarkan dari radio itu.
Komunitas Radio NBS, Bandung, bukti radio punya banyak penggemar di Kota Kembang
Nama Flippies Psychedelic punya latar belakang sejarah yang mengesankan bagi crew radio ini. Awal diabadikannya nama itu bermula dari pemutaran lagu-lagu, yang ketika pertama kali mengudara, hampir semua lagu yang diputar adalah lagu-lagu berirama Psychedelic. Sedangkan nama Flippies merupakan nama tambahan saja, atau adalah nama burung belibis.
Berkat penyajian dan pelayanan kepada pendengar yang begitu baik, akhirnya di tengah-tengah kemunculan pemancar-pemancar amatir di Kota Bandung, Flippies Psychedelic menjadi salah satu radio yang berhasil meraih banyak penggemar.
Koleksi lagu-lagu mereka cukup tersedia. Begitu pula koleksi lagu-lagu barunya, tidak ketinggalan dari pemancar radio top lainnya.
Flippies Psychedelic berhasil menjadi salah satu radio hiburan non komersil pilihan warga Bandung ketika itu.
Berdasar laporan yang berdatangan ke studio radio ini saat itu, baik melalui surat maupun telepon interlokal, ternyata radius daya pancar radio ini tidak hanya ditangkap oleh masyarakat Kota Bandung saja, namun juga bisa diterima oleh para pendengar di kota-kota lain di Pulau Jawa. Bahkan, hingga ke seberang lautan, seperti Tanjung Karang dan Metro di Lampung, Makassar, dan kota-kota lainnya di luar Pulau Jawa.
Itulah kemudian yang membuat radio ini dikenal dengan motonya: "Daya Pancarnya Menyebrang Lautan".
Kala itu, para crew dan penyiar Flippies Psychedelic berjumlah 18 orang. Mereka terdiri dari crew inti, yaitu Chandra Dewi (Sandy) sebagai Penanggungjawab, Ventje (atau lebih dikenal dengan nama udara: Valentino), sebagai Wakil Penanggungjawab, serta Indranata Kemal (Moran), David (Dave), Utjok (Joe), Sonny (Slyde), dan Robby sebagai teknisi.
Keberadaaan para crew inti itu, diperkuat oleh sosok-sosok seperti Frankie (Kiki), Gede, Humprey (Leonardo), Roy, Sujuth (Sagtris), Robert (Roberto), Ismail (Rerie), Sulfie (Pebles), Majane, Amir, Mike Fh (Chairun), dan Danty, yang dijuluki Si Little Lady Flippies.
Flippies Psychedelic mulai mengudara sejak 19 Desember 1968. Siaran setiap hari dari pukul 05.00-11.00 WIB, dilanjut pukul 13.30-18.30 WIB, dan malam pada pukul 20.15-03.00 WIB.
Namun, bila permintaan pendengar terus berdatangan, semalam suntuk pun radio ini terus mengudara, terutama pada malam Minggu dan malam-malam liburan lainnya.
Demikian kisah Radio Flippies Psychedelic dan para penyiarnya. Dulu, bagi para pendengar yang mau menyampaikan laporan dan meminta diputarkan lagu, biasanya disampaikan ke nomor telepon yang masih empat digit, yakni: 7668, atau melalui surat yang dialamatkan ke markas besarnya di Jalan Kacapiring Nomor 5, Bandung.
Dengan senang hati, para crew pasti membalas dan melayaninya dengan baik, hingga pendengar merasa puas.
Semoga, kisah nostalgik tentang sebuah radio siaran yang pernah mengudara pada era tahun 70-an ini, bisa menjadi catatan sejarah tersendiri bagi dunia hiburan di Kota Kembang, Bandung.
Bandung mah euweuh paeh-na euy....!!! Yang artinya: Bandung memang tidak pernah ada “mati”nya, sejak dulu hingga kini!!!
*) Kin Sanubary, Pendengar dan Pemerhati Radio