SUKABUMITREN.COM - Jumat sore begini, menjelang akhir pekan pada Sabtu besok dan Minggu, tentulah menjadi waktu yang senantiasa dinanti untuk sekadar bersantai-santai saja di rumah bersama keluarga. Namun, bila aktivitas berehat pada akhir pekan ini hendak dilalui sembari berkendara roda empat ke luar kota, maka pilihan mendengarkan beragam acara di radio pastilah dijamin menghibur dan terasa menyenangkan hati.
Radio memang tertakdir menjadi sarana komunikasi yang tiada pernah akan mati. Tak terkecuali, bila radio itu bernama Radio Republik Indonesia (RRI), atau sekarang disebut Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI, yang baru pada Rabu lalu, 11 September 2024, merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79.
Baca juga: Masuk Musim Tanam Ketiga, Ketersediaan Pupuk Subsidi Bagi Petani di Sukabumi Dipastikan Aman
Pada hari jadinya ini, jajaran manajemen RRI menggelar upacara bendera di halaman kantor RRI di Jalan Medan Merdeka Barat, Gambir, Jakarta Pusat. Dalam upacara itu, Direktur Utama RRI, Dr. I. Hendrasmo, menjelaskan, bahwa tema yang diusung dalam HUT RRI tahun 2024 ini adalah “Relevan, Berdampak, dan Inspirasi Ke-Indonesia-an untuk Indonesia Maju”.
Upacara Bendera memperingati HUT RRI ke-79
Hendrasmo dalam kesempatan itu juga menyampaikan apresiasinya terhadap kinerja angkasawan dan angkasawati RRI. Ia pun mendorong para angkasawan dan angkasawati RRI untuk terus berkolaborasi, serta memperkuat reputasi RRI secara berkelanjutan, melalui konten yang berkualitas.
Menurut Hendrasmo, untuk menjadi media yang dipercaya publik, RRI perlu merancang strategi yang efektif. Termasuk memperkuat akuntabilitas demokrasi, tata kelola lembaga, dan tata kelola keuangan.
“RRI menjadi media yang terus memiliki arti penting bagi masyarakat, sekalipun banyak pilihan dari berbagai media maupun platform. Kita juga meniatkan diri, supaya RRI memberikan dampak melalui siaran atau konten yang disampaikan, serta memberikan inspirasi bagi masyarakat untuk mencintai Tanah Air Indonesia,” ujar Hendrasmo, yang semasa mahasiswa di Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, pernah menjadi host atau pembawa acara “Universitaria” di RRI.
Direktur Utama RRI, I. Hendrasmo, saat memberikan sambutan dan penghargaan di HUT RRI ke-79
Baca juga: Diduga Korban TPPO, 11 Warga Sukabumi Minta Dibantu Dipulangkan dari Lokasi Penyekapan di Myanmar
“Sekali di Udara Tetap di Udara” dari Awal Berdiri
Menilik sejarah berdirinya RRI pada 79 tahun silam, warga bangsa yang tinggal di sudut-sudut mana pun di Indonesia tentu akan membenarkan pernyataan Hendrasmo itu. Bahwa “RRI menjadi media yang terus memiliki arti penting bagi masyarakat”.
Radio milik Pemerintah Indonesia ini resmi berdiri pada 11 September 1945, atau kurang dari satu bulan setelah Radio Jepang, Hoso Kyoku, berhenti beroperasi pada 19 Agustus 1945. Delapan mantan awak Hoso Kyoku yang sebelumnya aktif mengoperasikan Stasiun Radio Jepang itu di enam kota di Indonesia, kemudian mendesak Pemerintah RI yang belum seumur jagung usianya, untuk mendirikan stasiun radio sendiri. Tujuannya, agar warga Bangsa Indonesia tidak ketinggalan informasi.
Delapan mantan awak Hoso Kyoku itu adalah Abdulrahman Saleh, Adang Kadarusman, Soehardi, Soetarji Hardjolukita, Soemarmadi, Sudomarmato, Harto, dan Maladi. Setelah melalui perjuangan berliku-liku, akhirnya RRI resmi berdiri pada 11 September 1945. Abdulrahman Saleh pun ditunjuk menjadi pemimpin pertamanya. Dan slogan sejak awal berdiri itu juga sudah seperti yang dikenal sekarang, yakni “Sekali di Udara Tetap di Udara”.
RRI di masa-masa awal berdiri
Kini, 79 tahun setelah pendirian bersejarah itu, RRI masih rutin menyapa telinga para pendengar setianya, hingga yang tinggal di pelosok Nusantara. Di Jawa Barat, RRI bahkan telah tumbuh bagaikan magnet yang mampu menyedot simpati ribuan pendengar, baik di kota maupun di desa.
Baca juga: KKM Kelompok 6 STKIP Bina Mutiara Sukabumi: Sukses Gelar Program Penanaman Bibit di Desa Titisan
Pada era tahun ‘70-’90-an, salah satu acara di RRI Bandung yang paling dinanti pendengar adalah “Baskara Saba Desa”. Acara ini diasuh dan dibawakan oleh penyiar idola yang akrab disapa “Baskara”, yang tiada lain adalah Drs H. R. Baskara, Kepala Stasiun RRI Bandung.
Suara bariton Baskara sedemikian terasa “menempel” di telinga pendengar RRI di Bandung dan Jawa Barat pada saat itu, karena sosok bersahaja ini telah menjadi penyiar RRI sejak tahun 1960-an.
Penyiar idola, Baskara, dan berita tentang dirinya di Harian Pikiran Rakyat, Bandung
Baca juga: Hujan Belum Turun, Warga 2 Kampung di Sukabumi Berburu Air ke Bantaran Sungai Cimandiri
Tak hanya “Baskara Saba Desa”, Baskara juga menjadi pengasuh acara “Yang Melulu”, akronim dari “Yang Perlu, Yang Merdu, dan Yang Lucu”. Acara ini rutin diudarakan pada setiap pagi, untuk menemani penggemar sebelum berangkat kerja atau pergi ke sekolah.
Bila acara ini dan acara-acara lain di RRI bisa sukses merebut hati pendengar, tiada lain karena di RRI tersedia ruang interaksi bagi pendengar untuk menyampaikan aspirasi, tanggapan, dan usulan. RRI pun kemudian tumbuh menjadi media hiburan, berkat adanya acara pilihan pendengar (pilpen), sekaligus juga sebagai sumber informasi terpercaya.
Penulis saat siaran sebagai bintang tamu di Studio RRI Jakarta
Baca juga: 11 September 79 Tahun Lalu, RRI Berdiri dan Setia Menginspirasi Indonesia dari Udara
Hanya di Radio Ada Komunitas Pecinta Setia
Alhasil, bisa jadi hanya di radio seperti RRI, saat dunia informasi mulai terdampak disrupsi digital, tetap tumbuh dan hadir komunitas setia pecinta radio. Dalam berbagai kesempatan, komunitas ini kerap berkumpul di stasiun-stasiun radio kesayangannya, termasuk di Studio RRI.
Kehadiran komunitas ini jelas membuktikan, RRI dan radio-radio di Indonesia akan terus ada selama para angkasawan dan angkasawati tetap mengudara. Merekalah ujung tombak penebar semangat “Inspirasi Ke-Indonesia-an” yang tidak akan pernah terpadamkan.
Komunitas pecinta radio berkunjung ke Gedung RRI Bandung
Baca juga: Kasus Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang, Mantan Kanit Resmob Polres Subang Jadi Tersangka
Sukacita angkasawan dan angkasawati RRI Jakarta pun mewarnai perayaan HUT ke-79 RRI di Auditorium Abdulrahman Saleh, Jakarta. Utamanya, saat penyulutan obor Tri Prasetya, yang sudah menjadi tradisi di lingkungan RRI pada setiap peringatan hari ulang tahunnya.
Penyulutan obor ini dilakukan serentak dan bersamaan di Pusat dan daerah-daerah lain di Indonesia, serta dapat dilihat langsung secara online melalui jaringan internet. Karena itu, ketika Direktur RRI Pusat menyulutkan api obor pada pukul 09:00 WIB, penyulutan yang sama juga dilakukan di daerah-daerah lain di Tanah Air, tempat RRI senantiasa mengudara pada setiap harinya.
Angkasawan dan Angkasawati RRI Jakarta saat peringatan HUT RRI ke-79
Baca juga: Rampas Sepeda Motor dan Aniaya Anak di Bawah Umur, 2 Terduga Pelaku Ditangkap Polres Sukabumi Kota
Api obor yang disulut bersama-sama itu, seolah juga menjadi pertanda, bahwa RRI akan tetap “menyala” selamanya, sesuai slogan pada awal sejarah pendiriannya: “Sekali di Udara tetap di Udara”, demi para pendengar setia yang mencintainya.
RRI, radio, dan para pendengar setia memang bak lirik dalam lagu ternama karya Almarhum Penyanyi Gombloh, “Di radio, aku dengar lagu kesayanganku...” (*)
*) Kin Sanubary, pendengar setia RRI dan pemerhati siaran radio