SUKABUMITREN.COM - Acara syukuran di rumah seorang warga di Kampung Cikiwul Lebak, RT 01/RW 02, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, pada Minggu, 2 Juni 2024, berbuah petaka. Sebanyak 67 warga yang terdiri dari orang dewasa hingga anak-anak diduga mengalami keracunan, akibat menyantap hidangan di acara syukuran itu.
Hingga Selasa malam, 4 Juni 2024, tercatat 47 warga harus menjalani perawatan di RSUD Sekarwangi, Cibadak, Sukabumi. Sedangkan 20 warga lainnya dirawat di posko dan puskesmas setempat.
“Data terakhir yang kita tangani sebanyak 47 orang dari Kampung Cikiwul. Mereka mengalami gejala keracunan seperti mual, muntah, dan buang-buang air,” ujar Kepala Bidang Pelayanan Medis RSUD Sekarwangi, dr. Andry Priyana Jaya.
Andry menambahkan, sebagian warga juga merasakan gejala nyeri di bagian perut. Beberapa orang diantara korban bahkan harus diobservasi dan dirawat inap di rumah sakit.
“Sebagian sudah bisa kita pulangkan, sebagian harus diobservasi dan dirawat (inap). Kita lakukan penanganan, kita berikan cairan, karena rata-rata korban mengalami dehidrasi ringan dan sedang. Kita juga beri obat-obatan untuk lambungnya dan untuk mengurangi rasa mual,” tutur Andry.
Kepala Desa Sekarwangi, Abeng Baenuri, mengungkapkan, gejala keracunan yang diduga dialami warganya terjadi sejak Senin sore, 3 Juni 2024. Berdasarkan pendataan, warga yang diduga mengalami gejala keracunan berjumlah 67 orang.
“Ada yang ditangani di posko, (ada) sebagian lagi yang harus mendapatkan penanganan lanjutan, dibawa ke rumah sakit,” kata Abeng, saat mendampingi Camat Cibadak, Yadi Mulyadi, di RSUD Sekarwangi.
Abeng membenarkan, puluhan warganya yang mengalami gejala keracunan itu diduga menyantap hidangan di acara syukuran salah seorang warga, Minggu, 2 Juni 2024. “Pas hari Senin (3 Juni 2024), juga sudah ada (warga) yang mengalami gejala keracunan, diduga dari makanan di acara itu,” ucap Abeng.
Saat ini, sampel makanan dari acara syukuran itu sudah dibawa oleh petugas Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi dan Polsek Cibadak untuk pemeriksaan lebih lanjut.
“Kami juga sudah membuka posko. Jadi, warga yang mengalami gejala ringan bisa ditangani dulu di posko, lalu diperiksa apakah perlu ditangani di rumah sakit atau tidak,” kata Abeng. (*)