SUKABUMITREN.COM - Suara Memet terus-menerus tercekat saat diwawancarai pada Senin siang, 27 Mei 2024, di Rumah Sakit Sekarwangi, Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Bapak empat anak ini adalah ayah dari Satria Jibran Destiawan Saputra, yang pada Minggu siang, 26 Mei 2024, sekitar pukul 13:00 WIB, hilang tenggelam di Sungai Cicatih, yang mengalir di wilayah RT 03/RW 01, Desa Tenjojaya, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi.
Setelah tiga hari pencarian, pada Senin pagi, 27 Mei 2024, sekitar pukul 07:32 WIB, bocah 12 tahun itu ditemukan dalam kondisi sudah meninggal dunia di Sungai Cicatih, Kampung Leuwilayungsari, Desa Ubrug, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi. Lokasi penemuan ini berjarak sekitar lima kilometer dari tempat tenggelamnya korban.
Baca juga: 3 Hari Hilang di Sungai Cicatih Sukabumi, Bocah Lelaki 12 Tahun Ditemukan Meninggal Dunia
“Satria itu anak pertama saya” ucap Memet, yang bersama istrinya, Yarwati, dan keempat anaknya tinggal di Kampung Babakan Sirna, RT 04/RW 04, Desa Tenjojaya, Kecamatan Cibadak. Saat anak sulungnya itu tenggelam dan hilang di Sungai Cicatih, Memet mengaku sedang bekerja.
Ia kemudian diberitahu keluarganya, bahwa sebelum hilang, anaknya itu diajak teman-temannya bermain ke Sungai Cicatih.
“Itu pertama kali (anak saya) main ke sungai besar. Biasanya, paling dia main ke sungai kecil dekat rumah,” kata Memet, sembari membenarkan dugaan, bahwa anaknya itu tidak bisa berenang. “Kalau akhirnya (turun) berenang ke sungai itu, mungkin karena ikut teman-temannya,” ujar Memet.
Seorang teman korban yang bernama Arkan sebelumnya mengungkapkan, menjelang tenggelam, dirinya bersama korban dan tiga temannya yang lain sengaja berenang di Sungai Cicatih. Saat itu, kondisi air kali tengah meluap, akibat hujan yang terus turun sejak Jumat dan Sabtu, 24 dan 25 Mei 2024.
Ketika tengah berenang itulah, korban yang diduga tidak bisa berenang, hanyut dan tenggelam di sungai tersebut. “Saya dan teman-teman sudah berusaha menolong, tapi tidak (berhasil), karena (arus) air kalinya sangat kuat,” kata Arkan, yang kini berusia delapan tahun.
Kini, Memet hanya bisa berduka, meratapi kepergian anaknya itu, yang meninggal saat sudah duduk di bangku kelas enam sekolah dasar. Menurut Memet, anaknya itu sebenarnya tinggal menanti waktu perpisahan dengan teman-teman sekelas di sekolahnya.
“Sekarang, dia bukan hanya berpisah dengan teman-temannya, tapi juga dengan keluarganya,” ucap Memet. Suaranya pun kembali tercekat, menyertai derai air mata yang mengalir turun di pipinya. (*)