SUKABUMITREN.COM - Tujuh warga berinisial ER (33), AAK (20), P (27), AMH (28), BA (25), F (30), dan N (25), kini hidup terlunta-lunta di Sukabumi, setelah dijanjikan bekerja di Malaysia oleh seseorang yang mereka kenal di media sosial Facebook.
Keberadaan mereka di Sukabumi sendiri, adalah untuk bertemu dengan seorang pria berinisial I, yang diduga telah melakukan penipuan kerja tersebut. Mereka mengetahui alamat pria itu dari N, salah seorang korban yang berasal dari Sukabumi.
Salah seorang korban, P, warga Sragen, Jawa Tengah, mengaku sempat berangkat ke Malaysia. Ia mengeluarkan uang sebesar Rp 5 juta yang dikirim kepada pria inisial I, yang dikenalnya di media sosial Facebook,
“Pertama saya kirim Rp 3 juta melalui transfer. Kemudian Rp 2 juta cash. Semuanya Rp 5 juta. Katanya untuk tiket dan biaya di sana, berikut permit di Malaysia. Tapi, saya beli tiket sendiri. Semuanya delapan orang. Yang lain belum ada paspor. Katanya, mau dibuatkan sama si I ini. Karena saya dan dua teman lainnya sudah ada paspor, akhirnya berangkat duluan ke Malaysia, karena pesawat sudah mau berangkat,” tutur P.
Seiring dengan keberangkatannya ke Malaysia saat itu, terbayang di benak P, gaji yang tinggi di Negara Jiran tersebut. P sendiri dijanjikan bekerja di peternakan sapi, dengan gaji sekitar Rp 12 juta. Namun, setibanya di bandara di Malaysia, P malah kebingungan, karena tidak ada yang menjemput, dan tidak punya tujuan yang jelas.
Baca juga: Dijanjikan Kerja Di Malaysia, Tujuh Warga Asal Berbagai Daerah di Indonesia Terdampar di Sukabumi
“Katanya, akan ada yang menjemput. Tapi, kami tunggu, enggak ada (yang menjemput). Mungkin, karena kondisi (kami) seperti kebingungan, akhirnya kami tidak diperbolehkan keluar dari bandara oleh imigrasi di sana. Enggak ada tujuan dan enggak ada berkas apa pun,” tutur P.
Mimpi P dan dua temannya, yakni ER dan seorang teman lainnya, untuk bekerja di Malaysia, seketika buyar. Mereka harus terlantar di Malaysia selama dua hari, tanpa status yang jelas.
“Di sana tidur di lantai di ruang tunggu itu. Enggak ada makan, enggak ada minum. Minum pun air keran saja dari toilet. Kita berangkat dan tiba tanggal 14 Mei, ya sampai tanggal 16, benar-benar terdampar di bandara Malaysia,” ujar P.
“Akhirnya berusaha minjemin ke rumah buat transfer, untuk beli tiket pulang. Orang rumah sudah tahu, istri udah tau. Kalau orangtua, belum tahu,” ungkap P.
Senada dengan P, warga asal Brebes, Jawa Tengah, bernisial ER juga mengaku telah menyerahkan uang sebesar Rp 4,75 juta kepada pelaku, yang menjanjikan pekerjaan di Malaysia.
“Sampai Malaysia terdampar juga bebarengan. Enggak makan. Minum pun air keran dari toilet cuci tangan. Nahan lapar, karena tempat makan ada di sana itu harus melewati Imigrasi Malaysia. Sementara kita enggak boleh keluar,” kenang ER.
Saat itu, menurut ER, komunikasi dengan pelaku berinisial I, masih terus dilakukan. Namun, I hanya selalu menjanjikan akan ada yang menjemput ER dan kedua temannya. Namun, ditunggu hingga dua hari, yang dijanjikan menjemput oleh I tersebut sama sekali tidak ada.
“Komunikasi sih katanya keluar aja. Di luar udah ada orang imigrasi yang jemput. Saya pikir, kalau memang orang imigrasi mau jemput itu, masuklah ke kita dari dalam. Dia terus minta kita keluar, sementara kita sendiri tertahan sama orang imigrasi, karena enggak boleh keluar,” kata ER.
"Sebenernya, dari awal ngulur waktu sudah terindikasi dia mau nipu. Akhirnya, kami memilih pulang. Tiba, di (Bandara) Soekarno Hatta, kami berkumpul lagi dengan lima orang teman kami yang di sana. Mereka juga sama nasibnya. terlantar di (Bandara) Soekarno Hatta. Akhirnya kita putuskan buat ke Sukabumi, nyari orangnya dengan N, yang memang warga sana juga, dan mengenal si pelakunya ini,” ucap ER. (*)