SUKABUMITREN.COM - Musibah meninggalnya warga akibat tertabrak kereta api di perlintasan tanpa palang pintu di wilayah Kabupaten Sukabumi, juga terjadi pada 10 hari lalu, tepatnya pada Minggu, 22 September 2024. Saat itu, sekitar pukul 18:30 WIB, seorang warga bernama Ali meninggal tertabrak kereta api di perlintasan tanpa palang pintu di Kampung Talanjung, RT 03/RW 02, Desa Lembursawah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi.
Ketika musibah terjadi, korban tengah melintas dari rumahnya untuk mengikuti pengajian yang rutin dilaksanakan pada setiap Minggu malam Senin. Lokasi pengajian di Desa Lembursawah berjarak sekitar 200 meter dari kediaman korban di Desa Batununggal. Guna mencapai lokasi pengajian itu, korban harus menyeberangi perlintasan rel kereta api yang tidak ada palang pintunya tersebut.
Jenazah korban saat berada di lokasi kecelakaan
Baca juga: Kesaksian Warga di Perlintasan Tanpa Palang Pintu, “Saya Sempat Teriak, Kereta, Kereta”
Pada Minggu malam itu, kondisi di lokasi sangat gelap dan sepi, karena tidak ada lampu penerang jalan. Kondisi ini diduga membuat korban tidak menyadari datangnya kereta api dari arah Bogor menuju Sukabumi.
Kereta api bernomor 12096 (KLB) itu dikemudikan oleh masinis Maulana Sidiq Sulaeman, dengan asisten masinis Bambang Sulistio.
Baca juga: Tabrak Kereta Api Bogor-Sukabumi, Pengendara Sepeda Motor Berusia 13 Tahun Meninggal Dunia
“Dari informasi yang saya dapat dari warga di TKP (tempat kejadian perkara), itu kereta di luar jadwal, dan (masinis) tidak membunyikan klakson sebelumnya. Padahal, di situ ada perlintasan warga yang tidak ada palang pintunya. Si (masinis) kereta (api baru) membunykan klakson pas di titik TKP,” ungkap Adi Muhidin, keponakan korban, saat ditemui di RSUD Sekarwangi, Cibadak, Sukabumi, Minggu, 22 September 2024, malam.
Kondisi TKP (atas) dan Adi Muhidin, keponakan korban
Karena jarak yang terlanjur sudah sangat dekat, kereta api ini kemudian menabrak korban, sehingga korban terpental ke sebelah kiri rel kereta api. Kecelakaan ini mengakibatkan korban meninggal dunia, dengan cedera berat di bagian kepala, luka-luka di bagian wajah, serta luka serut di bagian kaki kanan.
“Pengajian. Dari rumah (pergi) ke pengajian mingguan, di seberang rel kereta api. Kebetulan, jadwal pengajiannya malam Senin. Jadi, rutin paman saya mengikuti pengajian tersebut,” tutur Adi, perihal latar belakang penyebab korban ada di lokasi kecelakaan pada saat itu.
Petugas kepolisian mengamankan lokasi kecelakaan
Penuturan Adi itu dibenarkan Jaji Sukaeji, Perangkat Desa Batununggal. “Namanya (korban) Bapak Ali, yang usianya sudah tua sekali, dan Beliau mau melaksanakan ngaji rutinan malam Senin. Karena arahnya dari rumahnya ke tempat ngaji harus nyebrang rel kereta api, sekitar 200 meter, dan itu beda desa,” ujar Jaji.
Baca juga: Dikeroyok dan Dianiaya 4 Remaja di Cikole Sukabumi, Pemicu Peristiwa Ternyata Korban Sendiri
Semasa hidupnya, korban diketahui berprofesi sebagai petani, kelahiran Sukabumi pada 5 Februari 1937, dan sehari-hari tinggal di Kampung Segor Kaler, RT 03/RW 01, Desa Batununggal, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi.
Jaji Sukaeji, Perangkat Desa Batununggal
Atas meninggalnya korban, baik Jaji maupun Adi sama-sama berhadap ada perbaikan kondisi perlintasan kereta api tanpa palang pintu tersebut. “Ya, mudah-mudahan pintu perlintasan dipasang palang pintu, atau ada yang tugas (di tempat) itu,” ucap Jaji. “Minta jajaran terkait agar segera (perlintasan itu segera) ditertibkan, karena banyak warga beraktivitas di situ,” kata Adi. (*)